TAK CUKUP WAKTU (part 2)

"Raa" jo memanggil dira, spontan dira menoleh, ini dia laki2 yg dira rindukan beberapa minggu ini, yg dira tahu jo menjauhi nya tanpa sebab, namun dira berusaha berfikir positif. Jo hanya tak mau nyawa dira terancam karna visca. Dira tak mampu menahan tumpukan airmata rindunya yg dari tadi berusaha ia tahan, dan jo melihat itu, jo berjalan perlahan mendekati dira, kemudian memeluk nya erat. Menyandarkan kepala dira pada dada nya yg bidang, dira menghirup wangi parfum jo yg slama ini ia rindukan, airmata nya jatuh satu persatu meluapkan perasaan rindu nya.
"Raa gw...." belum sempat jo menyelsaikan kalimat nya.
"Kenapa kakak datang lagi, bukan nya kakak mau membiasakan aku tanpa kakak" dira berusaha berbicara agar suara nya tak terdengar serak. Jo melepaskan pelukan nya, mengangkat wajah dira dan berusaha menatap mata dira yg basah.
"Gw minta maaf ra.. Terakhir yg gw denger visca bakal bahayain nyawa lo, kalo gw masih deket sama lo, gw... Gw cuma ga mau lo kenapa2 ra, gw sayang banget sama lo ra.. Kalo prasaan gw ke lo harus bikin lo terluka karna orang lain gw ga mau"
"Oh.. Trus kakak lebih milih jauhin aku tanpa kabar kaya gini. Mana janji kakak yg bakal lawan visca sama2 ? Hah ? Apa kakak tau apa yg aku rasain ketika kakak ngehindar dari aku ? Hah ? Aku ga punya siapa2 sekarang, vani ? Vani pulang ke bandung kak 3hari yg lalu karna mama nya sakit, kalo aku bisa ikut vani. Aku mending ikut dia. Tapi aku harus jaga papa dan urus kantor papa disini. Sedangkan kakak kemana ?" dengan airmata yg mengalir deras dan suara yg terisak2 dira berusaha mengungkapkan isi hati nya pada jo. Jo hanya terlihat menunduk dan kembali memeluk dira.
"Maafin gw ra, maaf. Gw juga kangen banget sama lo, tapi gw harus singkirin semua prasaan gw demi keselamatan lo. Maaf ra, gw sayang sama lo"
"Kak please, aku mohon jangan pernah ninggalin aku kaya gini lagi. Please" akhir, dira dan jo saling memeluk, meluapkan kerinduan pada masing2. Keeseokan nya, dira menemui jo di taman sore itu. Hari ini dira ditawarkan oleh kepala fakultas nya untuk mengambil beasiswa sampai S2 di belanda, sejujurnya dira sangat bahagia, karna inilah yg dia inginkan selama ini, kerja keras dira untuk mencapai nilai2 terbaik tak sia2. Dira mendapat beasiswa. Namun ada perasaan berat pada hati nya, ketika ia melihat jo setelah dira menceritakannya.
"Kak ?"
" gw seneng ra, lo berhasil. Dan itu artinya lo bakal ninggalin gw" jo lurus menatap ke depan, namun dira tau fikiran jo sangat jauh.
"Kak, aku tau ini berat. Tapi aku akan tetep disini bareng kakak, kita gak kan jauh" dira berusaha meyakini  jo, dira menggengam tangan jo, agar jo tetap tenang. Jo merangkul dira, dan senja kali ini nampak begitu indah.
Dira baru saja bangun dari tidurnya, dan handphone dira berbunyi dira tak mengenal nomornya.
"Iya halo?"
"Dengan mba aldira ?"
"Iya saya sendiri ?"
"Oh iya mba, kenal dengan mas jonatan ?"
"Iya mba, ada apa ya ?"
" sekarang mas jonatan sedang berada di Rumah sakit mba, 1 jam yg lalu pasien mengalami kecelakaan dan banyak mengeluarkan darah..."
Hening.... Dira tak bisa mendengar apa2 lagi. Dira berusaha menyadarkan diri nya untuk bangkit, dan segera bergegas kerumah sakit. Dira sampai dirumah sakit, didepan ruangan jo. Sangat banyak alat bantu yg terpasang di badan jo. Dira hampir tak kuat melihat nya, laki2 yg slalu melindungi nya kini terkulai tak berdaya.
"Dok, gimana keadaan kak jo"
"Anda siapa ya ?"
"Sa... Saya keluarga nya"
"Oh, keadaan pasien sangat kritis, saat ini pasien sangat membutuhkan golongan darah B, kebetulan stok darah di rumah sakit sedang kosong, jika dalam 2jam lagi pasien tidak mendapatkan pendonor kami tidak bisa memastikan keadaan nya, permisi"
Airmata dira langsung jatuh, mendengar keadaan jo. Darah nya tak cocok dengan jo. Namun dira tak ingin sesuatu yg lebih fatal lagi terjadi dengan jo. suara perempuan tiba2 mengagetkan dira.
"Loh udah denger kan"
Dira terkejut ternyata itu adalah visca.
"Dan sekarang, disini cuma darah gw yg cocok sama jo"
"Trus kenapa belum kakak donorin"
"What ? Donorin ? (Visca mengangkat dagu dira) trus nanti pas jo udah sembuh lo bisa bahagia sama dia lagi. denger ya, gw mendingan kehilangan jo, daripada harus berkorban liat kalian bahagia"
Dira menatap visca dengan wajah terkejut juga sedih.
"Trus kakak mau gimana, mau apa ?"
"Akhirnya lo nanya gitu juga, ehmmm.... Gini gw bakal jadi pendonor buat jo, tapi lo harus ambil beasiswa lo di belanda, dan jangan pernah hubungin jo lagi dan satu lagi jangan pernah cerita sama siapa pun masalah ini"
Dira terkejut bukan main mendengar ucapan visca, ini sangat berat untuk dira, dira memandang jo yg terbaring dari luar ruangan, menunduk kemudian menangis
"Mau gak, terserah waktu nya cuma tinggal sejam lagi" visca melihat jam tangan nya, dan tersenyum sinis. Dan dira hanya mengangguk
"Hahaha.... Bagus ga nyangka gw, lo begitu sayang nya sama jo"

WAITING THE NEXT !!

Komentar

Postingan Populer