TAK CUKUP WAKTU



  Hari ini hari pertama aldira menginjakkan kaki nya di kampus baru nya, sebagai wanita yg berusia 21 tahun, dan baru mulai belajar di universitas, dira tak tahu apakah ia harus bahagia atau biasa saja, setelah lulus sekolah 2 tahun lalu dira bekerja di perusahaan papa nya di bidang IT, atas paksaan papa nya dira bekerja di perusahaan cukup besar itu, lama-lama pun dira terbiasa hingga sekarang untuk masuk sistem akun seseorang pun hal yg sangat mudah untuk dira. Tapi jiwa nya tak berada di hal itu, 2 tahun menggeluti bidang IT membuat otak nya seperti master teknologi  yg sangat mahir, tapi dira selalu berangan-angan menjadi seorang sastrawan yg hebat dapat membuat bait-bait puisi dengan kata-kata yg pelik namun mudah di mengerti, setelah ia merasa ia telah mahir di teknologi, dira mencoba meminta izin pada papa nya untuk melanjutkan kuliah dengan jurusan pilihan nya sendiri, dan karna papa nya merasa dira banyak membantu 2 tahun ini, papa nya mengizinkan. (Ruang 3.4.7) Dira membaca dalam hati ruangan yg sedari tadi dira cari, sejak tadi pagi dira belum menemukan teman, dira memasuki ruangan tersebut sudah dipenuhi mahasiswa baru disana. Dira duduk di sebelah perempuan yg di bilang cukup modis.
“Hey,  ini kosong kan ?” dira berusaha menyakan tempat duduk kosong ini, pada perempuan yg duduk di sebelah nya, perempuan itu hanya mengangguk tanpa melihat dira dan terus sibuk dengan gaget nya.
“adduuuhhhhh..... ini handphone gue kenapa sihhh”
suara perempuan itu membuat dira melihat nya, perempuan itu terlihat kesal  dengan handphone nya, kemudian dira melirik handphone yg sedang di pegang perempuan itu.
“oh itu, i-cloud nya deh kaya nya”
perempuan itu melihat dira dengan wajah tak mengerti
“boleh aku liat ?” perempuan itu memberikan handphone nya
“oh ini i-cloud nya lagi di pegang sistem sama orang lain”
“what ??”
“iya, emang ada yg tau id atau password nya ?
“ehm... gue rasa ga ada deh”
“kalo gitu pasti kerjaan hacker”
“hacker ?? aduh, kok bisa sih. Trus gimana dong ?
“tenang, bentar ya” tanpa melihat perempuan tadi, dan terus memainkan gaget tersebut.
“udah nih” dira memberikan gaget tersebut dengan senyum puas
“yakin ? kok lo bisa ?”
“hehe, aku aldira kerja di bidang IT, itu bukan hal yg sulit, mungkin hacker nya lagi iseng”
Dira mengulurkan tangannya, memperkenalkan diri
“wahh, iya udh bener, makasih yaa”
setelah melihat gaget nya, perempuan itu menyambut uluran tangan dira dengan senang
“Vania, panggil vani aja ya” vani tersenyum cantik
“iya, kamu bisa panggil aku dira”
Beberapa panitia BEM memasuki ruangan, yg menyita seluruh perhatian mhahasiswa baru yg ada di ruangan tersebut, tapi tidak dengan dira ia hanya terfokus pada satu laki-laki yg sedari tadi membuat mata nya tak berkedip lagi. Laki-laki itu diam, tampak dingin sangat berbeda dengan panitia BEM yg lain yg slalu berbicara.
“Selamat pagi, perkenalkan saya jonatan triyadi, ketua BEM dikampus ini”
Untuk kesekian kali nya, dira terpesona pada laki-laki itu. Seketika laki-laki itu melihat dira, dira langsung berusaha mengalihkan pandangan nya, ketika mata mereka saling bertemu, dira salah tingkah. Bel berbunyi, perkenalan di kampus hari ini selesai dira dan vani berjalan beriringan menuruni tangga.
“Lo balik kemana ra ?”
“Ke Puri menara”
“eh rumah gue daerah situ juga loh”
“oyah ??”
“Balik sama siapa ?”
“taksi deh kaya nya, soalnya tadi dianter taksi juga”
“yaudah bareng gue yuk, sekalian gue tau rumah penyelamat handphone gue” senyum vani usil
“hahahaa, biasa aja kali van”
“eh tapi kita makan dulu ya”
“boleh”
Di dalam mobil vani, dira terlihat senyum-senyum tak karuan, dira mengingat ketika mata nya dan mata laki-laki tadi saling bertemu.
“Senyum-senyum aja, pasti inget kak jo ya “ spontan dira melihat vani dengan malu
“kak jo ?”
“iya, jonatan triyadi atau kak jo, ketua BEM tadi”
“ahh... enggak lah” dira tertunduk dengan senyum malu
“lo suka ya sama jo ?”
“apaan sih van baru ketemu tadi juga”
“diraaa.. gue itu pernah 2 tahun kuliah di jurusan psikologi jadi ga usa bohong deh, lo kira dikelas tadi gue ga liat mata lo”
“ apa ? kamu kuliah psikolog ? trus kenapa sekarang nyasar ke sini ?” dira kaget mendengar ucapan vani
“iya,kita tadi nya di bandung. Tapi orangtua gue mesti pindah kerja kesini, yaudah gue ikut, trus akhirnya pindah kuliah juga deh”
“tapi kan kamu bisa kos disana sampe kuliah kamu selesai”
“tadi nya juga mikir gitu, tapi orangtua ga ngijinin ra, gue tu nakal kali ra.. suka mabuk-mabukan lah. Tapi beberapa bulan belakangan dah jarang gara-gara nyokap sakit”
“padahal sayang ya, jagain mama kamu deh van, mumpung masih ada. Kehilangan mama itu sakit banget apalagi kalo kita udah ngerti arti nya kehilangan”
“emang nyokap lo udah meninggal ?”
“udah van, dari aku umur  4 tahun, waktu itu aku belum tau arti kehilangan awalnya papa slalu bilang mama pergi jauh, nanti pasti ketemu mama kok, tapi makin bertambah nya umur aku ngerti, dan sakit banget, pas aku udah ngerti mama ku meninggal”
“Sakit ?”
“Iya van” Senyum lirih dira
“sorry ya ra, gue ga maksud...” ada garis menyesal di wajah vani
“gpp van, udah lama juga” dira tersenyum ikhlas
Mereka tiba di salahsatu mall, memilih tempat makan. Kemudian memesan makanan. Ini awal perkenalan vani dan dira. Namun mereka merasa saling cocok satu sama lain.
“ra.. besok nulis surat buat siapa lo ?”
“surat ?”
“iya, besok kan ospek terakhir katanya harus nulis surat buat kakak-kakak BEM favorit gitu deh”
“harus apa ?”
“harus lah... males banget gue”
“haha... tulis asal-asalan aja”
~~~
“Gue balik dulu ya ra, besok gue jemput”
“iya van, makasih ya hati-hati”
Dira memandang mobil sahabat baru nya berlalu hingga tak terlihat lagi. Malam pun tiba dira duduk didepan meja di sebelah tempat tidurnya. Dira teringat akan kata-kata vani yg harus menuliskan surat pada kakak-kakak BEM favorit seketika dira bingung, tapi lintasan senyum dingin namun sangat manis yg terlahir dari bibir tipis ketua BEM tadi membuat dira tersenyum kecil tapi malu. Dira mulai mengambil kertas dan pena, kemudian mulai menulis dengan senyum-senyum kecilnya.
   Pagi pun tiba, dira dan vani telah berada di ruangan.baru saja para panitia BEM masuk, salah satu panitia BEM perempuan yg cantik dan sangat modis memanggil nama dira.
“yg namanya aldira fahriza maju sini”
Spontan vani dan dira saling bertatapan.
“maju woy, buruan !!!”
Seluruh isi ruangan kembali terkejut, dira berdiri takut-takut berjalan menghampiri wanita yg dari tadi memandangnya dengan mata menyala.
“lo yg namanya aldira fahriza ?”
“i..iya kak” dira menciut
“disuruh maju aja lama !!” wanita itu membentak dira
“tadinya gue kira tahun ini ga ada junior yg berani ngirimin jo surat, ternyata elo satu-satu nya mahasiswi yg berani kirimin jo surat !”
“cari mati si dira” vani menggerutu pelan, mengetahui alasan mengapa dira di panggil
“a... aku” belum selesai dira menyelesaikan kata-kata nya yg terbata-bata, tiba-tiba
“ikut gw sekarang” tiba-tiba visca menarik tangan dira keluar ruangan
Mereka sampai di lapangan basket, dira disuruh berdiri di tengah lapangan itu sambil melihat surat yg ia tulis untuk  jo semalam, berjam-jam hingga dira merasa tak sanggup lagi berdiri di bawah sinar matahari yg sangat menyengat.
“ca lo apa-apaan sih, dia bisa pingsan” suara jo yg datang tiba-tiba membuat visca melihat nya, namun visca tetap pada posisi nya, melipat kedua tangannya di depan dada, dan tersenyum sinis melihat dira dari kejauhan, seketika jo melihat dira mulai lemas dan memegang kepalanya, kertas yg sedari tadi di penggang dira pun terjatuh, jo langsung berlari mendekati dira menangkap dira yg hampir jatuh tak sadarkan diri, kemudian bergegas menggendong dan membawa dira ke klinik kampus, melewati visca
“jo... jooo” visca berteriak tak percaya apa yg dia liat, kemudian mengikuti jo.
Setelah memastikan dira mendapatkan perawatan dari petugas klinik, jo keluar menemui visca.
“jo lo apa-apaan sih !” nada visca marah
“gw ? lo, lo yg apa-apaan. Lo gila tau ca, lo bisa bunuh anak orang dengan cara kaya gitu !”
“tapi dia..”
“dia apa ? kirim surat ke gw, Cuma surat gitu doang kok ! perlu lo sampe hukum dia kaya gini !”
Tanpa mendengar jawaban visca, jo langsung  meninggalkan visca, 30 menit dira tak sadarkan diri, kini ia membuka matanya, dan langsung mendapati vani duduk di sebelahnya.
“ra.. lo udah sadar, kepala lo masih sakit ?”
“udah lumayan kok” dira memegang kepalanya “kok aku disini van”
“iya,kelamaan berdiri di lapangan lo pingsan, trus di bawa jo deh kesini”
“jo ?”
dira berusaha mengingat samar-samar sesaat sebelum matanya gelap dan kepala nya pusing hebat, sesosok laki-laki yg sangat ia senangi datang berlari menuju dirinya, dira tersenyum.
“cie, senyum. Seneng ya lo di tolong jo”
“tapi kok kak jo yg tolongin aku”
“trus mau nya gw ? jo itu abis ini pasti dateng ke lo trus minta maaf gara-gara ulah visca tadi”
“visca ? minta maaf”
“visca cewe BEM yg ngehukum lo tadi, yg gw denger sih visca sama jo itu pacaran dan udah lama banget, dan yg gw liat visca itu gila alias psikopat, jadi karna ga enak sama lo jo lah yg minta maaf”
“visca pacaran sama kak jo ?” nada dira merendah “trus kok visca psikopat ?”
“visca itu slalu ngelakuin ini setiap tahunnya sama cewe yg berani kirimin jo surat, trus gw bisa liat dari cara-cara nya dia ke jo, dia itu sakit. Di kampus gw yg lama, gw udah sering neliti orang-orang kaya visca ini”
 Pandangan mata dira menyendu, ada sedikit rasa kecewa di hati nya mengetahui jo telah berpacaran cukup lama. Setelah diperbolehkan petugas klinik untuk pulang kini dira dan vani menuju parkiran, tiba-tiba jo mendatangi dira.
“dira” seketika dira dan vani menoleh kearah suara tersebut
“kak jo” mata dira seakan tersihir oleh jo yg berada di depannya
“lo udah gpp ya ? ehm, gw mau minta kejadian yg tadi ya, maaf banget”
vani yg melihat dira masih terpana karna melihat jo dengan jarak yg begitu dekat, menyenggol lengan dira menyadarkan dira.
“eh.. i.. iya kak, aku udah gpp kok”
Tiba-tiba klakson mobil ferrary merah jo berbunyi, jo bergegas kemudian menepuk lembuk lengan dira berpamitan, dari dalam mobil pandangan sinis visca sangat tajam menatap dira, sedangkan dira masih memegang lengannya yg tadi disentuh jo, kemudian melihat mobil jo berlalu sambil tersenyum.
“woy” vani menggerak-gerakkan telapak tengannya di depan wajah dira meyadarkannya, dira terengah kemudian tertunduk malu
“udah ga ada lagi kali mobilnya, masih disini aja, buruan tar lo pingsan lagi”
Dira masih senyum-senyum membayangkan wajah lugu o yg meminta maaf padanya, dan masih memegang lengan nya, masih terasa hangatnya sentuhan jo siang tadi.
 Dari parkiran hingga sampai ruangan, dira sibuk memainkan gaget nya, vani yg heran melihatnya terlihat menanyakan.
“apaan sih ra, sibuk amat”
“ini nih, Navisca aurianty ini dari semalem stalk semua akun-akun medsos aku, dia siapa ya?
“dia follow lo ?”
“engga, dia stalk doang”
“waah hebat lo, eh itu visca kali pacarnya jo”
tiba-tiba wajah dira berubah kaget
“jauhin jo deh ra, visca udah stalk akun lo gitu”
“lah emang aku deket sama kak jo?”
“tapi mau kan ?”
dira hanya tersenyum, jauh dalam hati dira ia tak menyadari ia menyukai jo, senyum nya cara nya berbicara. Setiap mengingat senyuman jo mampu membuat hati dira hangat
 Hari ini dira sangat terburu-buru pulang dari kampus, ayah nya masuk rumah sakit karna kecelakaan. Dira dan vani berjalan cepat beriringan menuju parkiran, tanpa sengaja dira menabrak jo.
“aw... eh maa..maaf kak. Aku buru-buru ga sengaja” dira kaget setelah melihat siapa yg ia tabrak, namun dira tak punya waktu untuk menikmati tampan nya wajah jo, vani menarik tangannya
“ra.. buruan” vani menarik tangan dira sambil berjalan, namun dira masih menatap jo hingga jo ditarik visca
Sesampai nya dirumah jo membuka kemeja nya, namun ada benda yg jatuh di kaki nya ketika ia membuka kemeja nya, jo mengambil benda tersebut ia tampak bingung kenapa ada sebuah gelang bewarna gold silver yg cantik berada disini, jo memperhatikannya detail, di gelang tersebut terdapat gantungan huruf  d-i-r-a  jo mengeja huruf tersebut. (ini punya dira, kaya nya kesangkut di kemeja gw pas dia nabrak gw tadi) setelah berbicara dalam hati jo tersenyum ntah mengapa jo merasa senang menggegam gelang dira tersebut, namun senyuman nya hilang seketika saat visca menelponnya.
“loh gelang aku ? gelang aku mana ? hilang sejak kapan nih” dira membongkar tas nya, mencari gelang nya, setelah ayahnya diizinkan pulang dari rumah sakit dira tak menyadari lagi jika gelangnya telah lama terlepas, dira hampir menangis ketika tak menemukan gelangnya.
“ra... manyun aja, kenapa sih ?”
“gelang aku van, ilang” dira lesu tertunduk
“gelang apaan ?”
“gelang yg aku pakek, ga tau kapan ilang nya, pas semalem aku baru sadar udah ga ada”
Tiba-tiba ada tangan di depan wajah dira yg tertunduk, di tas telapak tangan tersebut terdapat gelang yg ia cari, dira mengangkat kepalanya betapa kagetnya dira mulut nya hampir terbuka melihat jo yg berada di depannya.
“ini gelang lo, kemaren kesangkut di kemeja gw pas lo nabrak gw” dira mengambil gelang tersebut
“ma... makasih kak, aku udah putus asa semalem udah mau nangis, ini gelang pemberian almarhum mama soalnya” senyum dira bercampur antara bahagia, juga lega
“makanya laen kali ati-ati jangan ceroboh”
Jo berlalu, dira masih menggenggam dan masih tersenyum melihat tubuh jo dari belakang, tak jauh dari tempat mereka, visca melihat kejadian tersebut. jam perkuliahan selesai tiba-tiba telpon jo berdering. Wajah jo sempat heran nomor telpon rumah yg menelponnya.
“iya bik, kenapa ?”
“mas.. mas jo dimana?” terdengar suara berisik, juga nada suara pembantu jo yg terdengar takut
“aku baru mau balik bik, kenapa kok dirumah berisik banget. Ada apa ?”
“ada mba visca mas, dia ngamuk-ngamuk dikamar mas. Bibik takut mas”
“astaga visca... iya bik aku balik sekarang. Tunggu bik”
“iya mas, cepet ya”
Setelah mematikan telpon, jo langsung  mengendarai mobilnya dengan cepat, sesampainya dirumah jo langsung menemui pembantu nya.
“bik, visca kenapa lagi ?”
“bibik ga tau mas. Tadi tiba-tiba mba visca dateng trus nanyain mas jo, bibik bilang  mas jo masih dikampus, trus dia minta kunci kamar mas jo ke bibik marah-marah, bibik takut mas bibik kasih kuncinya maaf mas”
“astaga.. udah lama ?”
“kalo mba visca udah dari tadi dateng nya, ngamuk-ngamuk nya baru mas”
“yaudah bik”
Jo bergegas menaiki tangga kemudian membuka pintu kamarnya, jo kaget melihat kondisi kamar nya yg berantakan, jo masuk kemudian langsung memeluk visca menenangkan nya”
“ca... udah caa...” jo masih berusaha menghentikan visca yg masih berontak
“udah... udah balik lo, dari seneng-seneng sama cewe tadi” visca menangis
“cewe apaan sih, siapa ?” jo mulai panik melihat visca menggenggam sesuatu yg mengluarkan darah dari tangan visca
“cewe apaan, cewe yg lo tolongin kemaren, cewe yg lo datengin buat minta maaf !!!”
“astaga, itu dira.. sumpah gw Cuma balikin gelang nya yg nyangkut di kemeja gw gara-gara dia nabrak gw, udah itu aja”
“dia sengaja nabrak lo !!! dan lo, lo fikir gw kenal lo udah berapa taun, hah !!! gw tau lo ketika lo lagi respect sama orang !!!!”
“caaa.... pliss udah lo ga bisa giniin gw trus ca. Lo bukan...” belum sempat jo menyelsaikan kata-katanya, tiba visca mengambil silet yg berlumuran darah karna sedari tadi ia genggam, kemudian menggoreskan dengan cepat ke pergelangan membuat visca hilang kesadaran dan pingsan
“caa... viscaa” jo mengangkat visca kemudian membawanya kerumah sakit.
Jo masih menunggu visca di luar ruangan, tibatiba panik nya sempat terhenti karna melihat dira berjalan menuju ke arah nya bersama laki-laki paruh baya, dira menyapa nya.
“hay kak, ngapain disini ?”
“gw...” mata jo memperhatikan lak-laki paruh baya disebelah dira
“oyaaa.. kenalin ini papa ku” senyum dira terlihat manis, jo berkenalan dengan papanya dira.
“kakak ngapain ?”
“gw... gw lagi nunggu visca” terdengar nada melemah di suara jo
“oh,,” dira melihat ruangan didepan jo, terdengar nada kecewa di suara dira namun ia berusaha menutupi dengan senyum manisnya
“yaudah kak, aku anterin papa check up dulu”
Jo melihat dira berlalu, sekali lagi jo senang melihat nya. Hari ini visca belum diperbolehkan kuliah, jo agak tenang karna sehari saja cukup tidak di ikuti visca kemana pun, jo menstart mobilnya melewati halaman kampus dan melihat dira yg sedang berdiri.
“hey..”
“kak.. jo”
“nungguin siapa ?”
“taxi kak” wajah dira terlihat cantik
“balik bareng gw yuk”
“hah ?”
“iya ayo buruan” jo membuka pintu mobil nya mempersilahkan dira masuk ke mobilnya, agak ragu dira melangkah ke mobil jo, namun gejolak hati nya yg akan berada sangat dekat dengan jo membuat kaki nya seakan begerak sendiri.
“rumah lo dimana ?”
“puri menara kak”
“oh ya ? wah deket dong rumah gw komplek sebelah”
“iyah?” spontan dira melihat ke arah jo “deket juga dong sama rumah kak visca?”
jo tak memperhatikan dira, jo sedikit tak suka dira menyebut nama visca saat sedang seperti ini jo hanya berusaha fokus menyetir.
“makan dulu yuk?” ajak jo
“makan ? dimana?”
“terserah lo deh”
“di daylight gimana ?”
“lo sering kesitu ?”
“lumayan kalo lagi sama vani”
15 menit kemudian mereka sampai di caffe tujuan mereka, setelah memesan makanan, handphone jo berdering, jo berangkat dari kursi untuk mengangkat  telepon yg sedang masuk tersebut, dira memandang jo.
“iya bik kenapa ?”
“mas... cepet balik mas.. ini mba visca” suara pembantu jo panik
“kenapa bik, visca kenapa lagi ?”
“mba visca loncat ke kolam mas”
“astagaa visca” jo langsung mematikan telponnya, kemudian bergegas menghampiri dira yg sedang makan.
“eh kak, ini makanannya udah dateng”
“e... ra gw....” jo bingung
“kenapa ?” wajah dira penuh kebingungan
“gw harus balik sekarang”
“loh kenapa ?”
“ada masalah, lo balik sendiri gpp ya”
“nanti gw pesenin taxi”
“tapi kak...” belum sempat dira menyelesaikan kalimatnya, jo langsung bergegas meninggalkannya.
“sorry ya ra”
Dira hanya memandang jo yg tergesa-gesa, ada setitik sakit dihatinya, juga kecewa. Namun dira berusaha membiasakan nya, tak lama jo pergi, dira pun langsung pulang. Klakson mobil vani mengangetkan dira yg sedang melamun di halte.
“raa,,,, ngapain disini ?” vani berbicara dari dalam mobilnya.
“mau pulang van, lagi nunggu taxi”
“yaudah bareng gw yuk” ajak vani
Dira masuk ke mobil vani, duduk kemudian hanya menatap lurus kedepan, vani melihat tatapan kecewa di mata dira.
“raa...( vani  melihat dan memegang tangan dira) lo kenapa bisa nungguin taxi disitu tadi ? lo juga blum balik kerumah kan, bukti nya lo blom ganti baju, ada apa ?
“tadi aku sama kak jo van” pandangan dira masih lurus kedepan.
“jo ? kok bisa ?” vani terkejut.
“tadi waktu aku lagi nungguin taxi depan kampus,kak  jo nawarin aku balik bareng trus di jalan dia ngajakin aku lunch” senyum dira lirih,
“lunch ? kalian lunch di daylight tadi ? trus sekarang jo nya mana ?”
“tadi ada yg telpon dia, penting banget kaya nya, sampe2 dia langsung ninggalin aku yg lagi makan”
“apaa ???! jo ninggalin lo gitu aja, dia yg ngajak lo trus dia yg ninggalin lo ? kebangetan tu anak!” vani mulai emosi
“udah van, mungkin ada sesuatu yg penting banget tadi”
“iya tapi ga sampe ninggalin lo gitu juga kali, lo... lo gpp kan ra ?” vani menatap dira prihatin.
“ya gpp lah, biasa aja” dira menunduk dan tersenyum. Vani mengusap lembut pundak dira.
Jo sampai dirumah nya, bergegas masuk ke arah belakang rumah
“bik, mana ?” jo panik
“masih di belakang mas, bibik takut”
Sesampai nya di belakang, jo langsung masuk ke kolam menyelamatkan visca, visca yg sudah tenggelam di kolam renang, ketika sampai di tepi kolam, jo berusaha menyadarkan visca.
“ca.. sadar caa..” jo menekan dada visca memberi nafas buatan sampai visca sadar.
Visca membuka matanya, kemudian langsung memeluk jo lalu berisik di telinga jo
“gw ga suka lo deket-deket sama dia, gw akan lakuin apa pun”
Jo, sedikit tesentak mendengar kalimat yg di ucap visca, kemudian jo menyuruh art nya untuk mengeringkan tubuh visca. Selang beberapa jam jo hanya mampu memperhatikan kontak dira tanpa berani menghubungi nya. Jo tau dira pasti kecewa atas sikap nya tadi siang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
saat sedang berjalan di parkir kampus, tiba-tiba tangan jo di tarik dari belakang, jo terkejut.

“lo tuh keterlaluan ya, kalo lo emang ga niat anterin dira pulang, ya mending ga usah dari awal”
vani mulai emosi, berbicara sambil menunjuk wajah jo. Namun jo memaklumi emosi sahabat dira ini
“lo gak ngerti” jo melepaskan pegangan tangan vani berbalik dan berjalan, vani berjalan menghadang jo.
“dan lo pikir dira ngerti, jelas lah gw ga ngerti dira aja ga kan ngerti apalagi gw, gw ga suka ya lo perlakuin dira seenaknya”
“dan lo fikir gw mau ninggalin dira kaya kemaren, nggak. Tapi gw harus lakuin itu”
“karna visca ? denger ya jo, sekali lagi lo bikin dira kaya gini, liat aja!” vani berbalik meninggalkan jo emosi. Jo hanya tertunduk tak bisa berkata apa-apa.
Sudah satu minggu jo tak melihat dira dikampus, jujur saja jo memang mencari dira. Ntah karna jo mulai suka atau hanya ingin meminta maaf. Namun saat sore tiba, jo mendatangi danau yg biasa jika ia ingin melihat senja, jo duduk di bangku biasa. Namun dari kejauhan jo melihat seorang wanita berdiri di tepi danau, jo hanya melihat wanita itu dari belakang wanita yg memakai syal peach di lehernya, memakai dress abu-abu selutut, juga boots bewarna hitam rambut cantik nya tergerai. Jo seperti mengenal wanita itu, hampir jo tak memperhatikan tujuan utamanya pergi kesini yaitu senja. Kemudian wanita itu berbalik, dan benar saja itu adalah aldira. Jo sempat terkejut melihat nya disini. Namun dira tak melihat kearah jo, ada kertas kecil jatuh ketika dia sedang berjalan. Jo bangun dan menghampiri kemudian mengambil kertas itu.
“Hey kau senja kedua di hari-hari ku.. kini aku menganggap mu senja kedua ku, maaf awalnya aku menduakan mu senja dengan lapisan cahaya yang sangat indah, tadi nya aku menganggap DIA adalah senja terbaik untuk ku, namun aku salah J cahaya nya membuat ku sakit. Yaa... aku memang nyaman berada bersama nya, namun aku harus beranjak dari sekarang, aku tak ingin sakit, biar rasa ini musnah di telan waktu.. goodbye JT semoga kau bahagia bersama hari-hari mu J
Jo sangat mengerti dira menulis ini untuk dirinya, rasa suka jo semakin menjadi. Dari sini jo bertekad akan memiliki dira, meski resiko nya sangat besar.
pagi pun tiba, jo berhasil menemukan dira. Meski harus lelah bersembunyi dari visca.
“dira” dira menoleh, betapa terkejutnya pagi ini dia harus melihat mata jo yg sangat indah ini.
“ada apa kak” dira berusaha tak memperhatikan jo
“gw mau ajak lo pulang bareng nanti” dira terkejut mendengar kalimat itu.
“aku udah janji balik sam vani”
“please...  gw Cuma nebus kesalahan gw kemarin” jo masih berusaha gara dira mau melihatnya
“aku udah lupain masalah itu, aku udah lupain semua, aku ga bisa kak” ketika dira akan meninggalkan jo, jo memgang tangan dira. Seketika tubuh dira kaku merasakan tangan jo berada di tangannya.
“raa... gw tau gw keterlaluan sama lo, gw akan jelasin semuanya, tapi please  lo pulang bareng gw ya”
“kak... aku udah tau, jadi kakak ga perlu jelasin apa-apa lagi, aku buru-buru kak, maaf”
dira melepaskan pegangan tangan jo, tanpa sedikit pun melihat nya, jo hanya terdiam, apa benar yg di tuliskan dira sore itu, dia ingin melupakan jo, namun jo terlanjur menyukai dira. Jo tak bisa berhenti disini. kuliah selesai, dari kejauhan jo melihat dira, namun langkah dira terlihat yg terburu-buru membuatnya jatuh, kaki nya terkilir, jo bergegas menghampiri nya, dira kesakitan.
“lo kenapa ?” dira melihat jo.
“ga tau, sakit banget”
“kaki lo terkilir kayanya, sini gw bantu” jo membantu dira bangun memapah dira hingga masuk ke mobilnya, berusaha mengobati kaki dira
“udah gimana ?”
“udah gpp kok, aku balik dulu ya, makasih kak”
“tunggu katanya balik sama vani, mana ?”
“ehm..” jo menatap wajah dira, dia tau dira berbohong.
“dir lo ga perlu bohong, gw bisa jelasin semuaya”
“tapi lo pulang bareng gw ya”
“tapi kak...”
Belum sempat dira menyelesaikan ucapan nya, jo langusng mengunci pintu mobilnya.
Sepanjang perjalanan jo belum bicara, ia bingung harus mulai darimana
“gw sama visca udah kenal dari kami masih kecil, orangtua gw sama orangtua dia tetanggaan dan udah deket juga. Ketika visca umur 17tahun, orangtuanya meninggal  karna kecelakaan pesawat dan sampe sekarang  jasad kedua orangtua nya ga pernah ketemu. Karna udah ngerasa kaya keluarga sendiri, orangtua gw mutusin buat rawat visca satu rumah sama gw, ya kaya anak angkat orangtua gw, visca susah banget buat terima kalo orangtua nya udah ga ada lagi. Tiap malem dia slalu nangis meluk gw dan bilang dia udah ga punya siapa siapa lagi, 1 tahun visca bareng keluarga gw ternyata orangtua gw mutusin pindah ke belanda, karna bokap gw juga punya usaha disana, dan gw mutusin buat ngurusin usaha bokap gw yg disini dan orangtua gw juga nitip visca ke gw. Visca pernah punya temen waktu Sma, tapi ternyata temen temen nya morotin dia doang, dan dia ditinggalin gitu aja. Dan sekali lagi visca bilang dia Cuma punya gw”
Dira melihat ke arah jo, prihatin juga terkejut mendengarnya.
“dulu.. gw punya pacar, nama nya naya. Gw sayang sama dia, dia juga gitu. Tapi visca ga pernah suka sama naya, dia slalu lakuin buat misahin gw sama naya, terkahir yg bikin naya bener bener ninggalin gw, visca pernah nabrak dia pakek mobil, dari situ gw mutusin buat ga ngedeketin siapa pun lagi, visca ga pernah bisa gw cegah.  sama.. kemaren dia terjun ke kolam renang, karna dia tau gw lagi sama lo, padahal dia ga bisa renang dia Cuma takut... dan dia bikin gw panik”
“itu artinya kalo kakak panik, kakak sayang sama dia” dira meredup
“gw Cuma punya tanggung jawab buat jagain dia”
“ jadi visca ga beneran sayang sama kakak”
“iya... lo bener sebener nya visca ga beneran sayang sama gw, dia Cuma takut kehilangan gw ketika gw udah nemu seseorang yg gw sayang, visca itu adek gw”
“wajarlah kak visca kaya gitu, kehilangan orangtua dan dimanfaaatin temen itu pasti sakit, jadi sekarang kakak udah ga mau lagi pacaran ?” ada nada pedih pada ujung kalimat dira
“awalnya gitu, tapi sama lo, gw mau pacaran, dan lawan visca”
 jo mengehentikan mobilnya di tengah jalan, dira terkejut mendengar jo.
“lo mau kan ra ?” tatapan jo membuat dira luluh, inilah yg dira harapkan sebenarnya, namun ada ketakutan besar di fikirannya jika ia memutuskan iya
“apa kakak bakal ninggalin aku lagi ?”
“nggak ra, gw janji” jo memegang tangan dira, dira tersenyum menandakan dira mau, ia dan jo kini sudah saling mempercayai.
“ntar malem gw jemput ya”
“mau kemana ?”
“first dinner kita” senyum jo melebar, kemudian mengelus pipi dira.
Dira tersenyum hingga pipinya memerah, dira sangat bahagia hari ini. Dan saat ini rasanya ia ingin bercerita sama vani. Malam pun tiba, semua nampak indah di mata dira, gaun putih yg dikenakan dira sangatlah cantik, jo membuka pintu mobilnya, sepanjang jalan tangan jo tak lepas menggenggam tangan dira, sesampai nya di restoran yg telah jo pesan, dira di buat begitu kagum atas segala indah nya restoran yg telah dipersiapkan khusus untuk dira.  Restoran ini sengaja di pesan jo hanya untuk mereka berdua, dira merasa sangat spesial di mata jo.
“serius lo udah jadian ra ?” vani terkejut
“iya”
“kapan ? dia nembak lo apa ?”
“bisa dibilang gitu lah van” dira hanya tersenyum
“gw seneng dir, akhirnya lo sama jo jadian juga, tapi apa lo gak takut?”
“visca ?” vani mengangguk
“takut sih, tapi dia bilang, kita bakal lawan visca”
“yaudah deh, tap kalo ada apa2 cerita ya”
“siapppp”
DI RUMAH JO
“caaa..... udah caa stop” jo masih menggedor-gedor pintu kamar visca, sudah 2 jam visca mengunci diri nya dikamar dan mengamuk di dalam kamarnya
“gw mau lo putusin dia jo !!!!!!! gw bakal lakuin lebih dari ini !!!!!” teriak visca dari dalam kamar nya
“caa, please kita ga bisa kaya gini trus, gw sayang sama dira, dira juga gitu, gw janji bakal tetep jagain lo ca”
“bulshit tau gak !! pergi lo !!!! gw gak mau liat lo lgi, pergi jooo !!!!!”
Raut bersedih nampak jelas di wajah jo.
“bik, kalo ada apa2 langsung telpon ya, aku mau keluar dulu”
“i.. iya mas”
Selesai makan malam, jo langsung mengantar dira pulang, hujan malam ini sangatlah lebat, tiba2 di tengah jalan,  mobil visca menghalangi mobil jo, visca yg turun dari dalam mobil dan menggedor2 kaca pintu mobil jo.
“dir, lo disini ga usa keluar, oke” tapi dira menahan tangan jo
“kak, aku sekarang pacar kakak kan ?” sebenarnya, jo hanya takut jika visca akan melukai dira
“oke, ayo”
Mereka keluar dan menemui visca di tengah hujan lebat
“oh.. lo masih berani jalan sama dia, lepasin dia jo atau lo bakal tau akibatnya”
“sorry ca (jo mengenggam tangan dira) ini jalan gw, gw bakal jagain dira sekuat apa pun, gw sayang sama dia” jo meninggalkan visca di tengah hujan, dan hanya teriakan visca yg terdengar memanggil nama jo
“kak...” dira memegang bahu jo khawatir
“gpp dir” jo berusaha tersenyum, dan mengusap kepala dira lembut
Pagi ini dira mendapat pesan dari jo
Dira, kita ketemuan di atap gedung kampus jam 11 ya, ada sesuatu yang mau aku omongin, oke. Aku tunggu.
“tapi kok dia ngajakin ketemuan di atap sih dir ?”
“gak tau lah van”
“mau gw temenin gak ?”
“ga usah, gpp. Ga enak sama kak jo, aku pergi sendiri aja ya”
Pukul menunjukan jam 11, dira telah sampai di atap gedung kampus, namun jo belum juga sampai
“eh udah sampe ternyata, sorry ya gw telat” dira mendengar suara perempuan dari arah belakang, dira terkejut ketika ia berbalik, ia melihat visca telah berdiri di hadapannya
“kenapa dir ? kaget, berharap pangeran jo yg dateng ? hahaha.... iya gw yg bajak hp jo tadi pagi supaya bisa ketemuan sama lo !” dira ketakutan melihat visca seperti ini
“kakak mau apa ?”
“santailah, ga usah ketakutan gitu, gw Cuma mau ngomong serius sama lo. Kan sekarang lo udah dapetin yg lo mau, lo udah jadian sama jo ! (visca mengangkat dagu dira dengan tangan nya begitu keras) nah sekarang gw mau dapetin apa yg gw mau”
“kakak mau apa ?” dira tegang ketakutan, visca membuka jaket yg ia kenakan dari tadi, dira terkejut melihat tanga visca yg harusnya mulus tapi penuh dengan bekas sayatan sepanjang lengan nya, ada luka yg hampir mengering, dira juga melihat luka sayatan baru.
“lo liat kan ? ini semua karna jo ga mau ninggalin lo ! dan gw bisa lakuin lebih dari ini dira sayang, (visca memainkan kuku2 nya yg runcing pada leher  dira) atau gw bisa lakuin ini ke lo, jadi lo tau lah gw mau apa, kalo jo ga bisa ninggalin jo, maka lo harus ninggalin jo ! “
dira makin merasakan kuku2 visca menusuk leher nya, ketakutan dira semakin menjadi, badan nya mulai gemetar. Saat akan berjalan menuju parkir, vani melihat visca sedang bersama dira, ini gawat fikir vani, vani bergegas menyusul ke atap, dan ketika tiba di atap.
“visca !!!” dira dan visca spontan menoleh ke arah vani
“gw ga punya urusan sama lo !”
“emang, tapi kalo lo berurusan sama dira itu artinya lo berurusan sama gw ! lepasin tangan lo !”
“okeoke, but dira apa yg gw omongin tadi ga main2 yah, kalo ga percaya, lo liat aja nanti”
Visca melepaskan tangan nya dari leher dira, berjalan pergi meninggalkan vani dan dira dengan senyum sinis nya
“raa.. lo gpp ?” vani langsung memeluk dira yg ketakutan, dira langsung menangis dan melemas di pelukan vani, dira menceritakan semua yg dilakukan visca pada nya.
“gw udah yakin dir dari awal, ga mungkin juga jo ngajakin lo ketemuan disini. Dira hanya diam, dan masih menangis. Keesokannya vani menemui jo dikampus, dan menceritakan semua yg terjadi pada dira kemarin.
“loh kok bisa van ?? “
“ya bisa lah, visca ngebajak hp lo pagi kemaren supaya bisa ketemuan sama dira, kasian dira leher nya sampe lecet kena kuku cewe psikopat itu, jo please gw ga mau dira celaka, lo harus tegasin ke visca supaya dia gak giniin dira lagi, atau lo harus ninggalin dira”
“hah??!”
“demi dira jo”
Satu minggu berlalu, dan visca masih belum berhenti mengganggu jo dan dira,dan jo hampir kelelahan mencegah visca....

WAITING THE NEXT :)

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer